Selasa, 12 Maret 2013
Hasil penelitian mengejutkan diumumkan dalam Konferensi Retrovirus dan
Infeksi Oportunistik di Atlanta, Amerika Serikat, Minggu (3/3/2013).
Bayi berusia 2,5 tahun dinyatakan sembuh dari HIV dan telah berhenti
menjalani perawatan setahun terakhir.
Pertanyaannya kemudian, benarkah dan bagaimana bisa? Virus HIV hingga kini belum bisa dihilangkan dari tubuh orang terinfeksi. Orang yang hidup dengan HIV harus menjalani pengobatan seumur hidup dengan obat Antro Retroviral.
Dalam kasus ini, bayi dinyatakan terinfeksi HIV sejak lahir. Ibu dari bayi adalah seorang HIV positif. Analisis material genetik virus setelah kelahiran menunjukkan adanya 20.000 kopi materi genetik virus per milimeter. Dengan demikian, bayi pun dinyatakan HIV positif.
Setelah diketahui terinfeksi, dr Hannah Gay yang bertanggung jawab pada perawatan bayi tersebut mulai memberikan obat. Obat diberikan 30 jam setelah bayi lahir. Biasanya, bayi yang baru lahir diberikan obat prophylaxis terlebih dahulu. Dalam kasus ini, obat antivirus langsung diberikan.
Setelah pengobatan, jumlah virus dalam darah menurun drastis hingga tak terdeteksi dalam sebulan setelah perawatan. Hal ini bertahan hingga bayi berusia 18 bulan. Ibu dari bayi tersebut sempat menghentikan pemberian obat.
Lima bulan setelah obat berhenti diberikan, ibu bayi tersebut membawa bayinya ke rumah sakit. Dr Gay menduga bahwa jumlah virus akan kembali meningkat. Tetapi, yang terjadi sebaliknya. Tes HIV membuktikan hasil negatif.
Dr Gay sempat mengulangi tes karena menyangka ada kesalahan. Namun, pengulangan tetap menunjukkan bahwa hasil tes HIV negatif. Dr Gay kemudian merasa perlu menyerahkan bayi tersebut ke pihak yang lebih ahli.
Kasus bayi itu dialihkan pada Dr Katherine Luzuriaga, pakar imunologi University of Massachusetts yang bekerja dengan ahli lain bernama Deborah Persaud dari John Hopkins Children Center. Tes selanjutnya menemukan material genetik virus pada bayi. Namun, virus tak bisa bereplikasi.
Tentang kesembuhan bayi yang lahir dengan HIV tersebut, banyak peneliti memandang skeptis. Namun, Joseph McCune dari University of California di San Fransisco mengungkapkan, hal itu bisa menjadi petunjuk adanya sesuatu yang lain dalam kekebalan bayi tersebut.
Salah satu hipotesis di balik sembuhnya bayi tersebut adalah belum sempatnya virus membangun "peradabannya" di tubuh bayi. Salah satu sebab HIV tak bisa disembuhkan adalah bahwa virus "bersembunyi" dalam fase dormansi. Sekali ARV dihentikan, virus bisa berkembang lagi.
"Jika Anda memulai perawatan sebelum virus punya kesempatan membangun peradaban di tubuh dan menghancurkan sistem kekebalan, maka ada peluang Anda berhenti terapi dan tak punya virus," kata Anthony Fauci dari National Institute for Allergy and Infectious Diseases.
Steven Deeks, profesor kedokteran dari University of California, San Fransisco, berkomentar, jika virus belum sempat membentuk peradabannya, kesembuhan itu "palsu". Yang terjadi bukan kasus penyembuhan, melainkan pencegahan.
Meski demikian, Deeks seperti dikutip New York Times, Senin (4/3/2013), mengatakan, kasus ini bisa menjadi pelajaran sekaligus harapan. Pelajaran tentang pentingnya perawatan mencegah penularan pada bayi, harapan kesembuhan bagi penderita HIV dan semangat bagi peneliti untuk menemukan obatnya.
Pertanyaannya kemudian, benarkah dan bagaimana bisa? Virus HIV hingga kini belum bisa dihilangkan dari tubuh orang terinfeksi. Orang yang hidup dengan HIV harus menjalani pengobatan seumur hidup dengan obat Antro Retroviral.
Dalam kasus ini, bayi dinyatakan terinfeksi HIV sejak lahir. Ibu dari bayi adalah seorang HIV positif. Analisis material genetik virus setelah kelahiran menunjukkan adanya 20.000 kopi materi genetik virus per milimeter. Dengan demikian, bayi pun dinyatakan HIV positif.
Setelah diketahui terinfeksi, dr Hannah Gay yang bertanggung jawab pada perawatan bayi tersebut mulai memberikan obat. Obat diberikan 30 jam setelah bayi lahir. Biasanya, bayi yang baru lahir diberikan obat prophylaxis terlebih dahulu. Dalam kasus ini, obat antivirus langsung diberikan.
Setelah pengobatan, jumlah virus dalam darah menurun drastis hingga tak terdeteksi dalam sebulan setelah perawatan. Hal ini bertahan hingga bayi berusia 18 bulan. Ibu dari bayi tersebut sempat menghentikan pemberian obat.
Lima bulan setelah obat berhenti diberikan, ibu bayi tersebut membawa bayinya ke rumah sakit. Dr Gay menduga bahwa jumlah virus akan kembali meningkat. Tetapi, yang terjadi sebaliknya. Tes HIV membuktikan hasil negatif.
Dr Gay sempat mengulangi tes karena menyangka ada kesalahan. Namun, pengulangan tetap menunjukkan bahwa hasil tes HIV negatif. Dr Gay kemudian merasa perlu menyerahkan bayi tersebut ke pihak yang lebih ahli.
Kasus bayi itu dialihkan pada Dr Katherine Luzuriaga, pakar imunologi University of Massachusetts yang bekerja dengan ahli lain bernama Deborah Persaud dari John Hopkins Children Center. Tes selanjutnya menemukan material genetik virus pada bayi. Namun, virus tak bisa bereplikasi.
Tentang kesembuhan bayi yang lahir dengan HIV tersebut, banyak peneliti memandang skeptis. Namun, Joseph McCune dari University of California di San Fransisco mengungkapkan, hal itu bisa menjadi petunjuk adanya sesuatu yang lain dalam kekebalan bayi tersebut.
Salah satu hipotesis di balik sembuhnya bayi tersebut adalah belum sempatnya virus membangun "peradabannya" di tubuh bayi. Salah satu sebab HIV tak bisa disembuhkan adalah bahwa virus "bersembunyi" dalam fase dormansi. Sekali ARV dihentikan, virus bisa berkembang lagi.
"Jika Anda memulai perawatan sebelum virus punya kesempatan membangun peradaban di tubuh dan menghancurkan sistem kekebalan, maka ada peluang Anda berhenti terapi dan tak punya virus," kata Anthony Fauci dari National Institute for Allergy and Infectious Diseases.
Steven Deeks, profesor kedokteran dari University of California, San Fransisco, berkomentar, jika virus belum sempat membentuk peradabannya, kesembuhan itu "palsu". Yang terjadi bukan kasus penyembuhan, melainkan pencegahan.
Meski demikian, Deeks seperti dikutip New York Times, Senin (4/3/2013), mengatakan, kasus ini bisa menjadi pelajaran sekaligus harapan. Pelajaran tentang pentingnya perawatan mencegah penularan pada bayi, harapan kesembuhan bagi penderita HIV dan semangat bagi peneliti untuk menemukan obatnya.
Sebelumnya, kasus serupa pada bayi ini pernah dijumpai pada bayi lain. Dilaporkan di The New England Journal of Medicine tahun
1995, bayi sembuh dari HIV tanpa perawatan. Sementara pada manusia
dewasa, penderita HIV dan leukimia, Timothy Brown, dinyatakan sembuh
setelah cangkok sumsum tulang belakang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar