Jumat, 08 Maret 2013
ARUS BALIK adalah bagian dari suatu proyek besar studi sejarah Nusantara yang dilakukan Pramoedya sebelum ditahan pada 1965. Terpaksa dia menulis hasil risetnya semasa tahanannya di Pulau Buru (1969–1979) tanpa membawa sebaris pun catatannya. Yang dihasilkan bukanlah sebuah thesis sejarah, tetapi novel sejarah sebagaimana juga halnya dengan sejarah gerakan kebangkitan kebangsaan Indonesia yang dituangkannya dalam bentuk novel tetralogi Bumi Manusia.
ARUS BALIK mungkin merupakan novel pertama dalam khazanah sastra Indonesia modern yang mengisahkan Nusantara dalam segala kemegahannya sebagai kesatuan maritim, sebagai kekuatan bahari yang jaya. Bagi Pramoedya kekuatan citra bahasa Indonesia, berikut segenap wawasan falsafah dan estetiknya tertempa dan berkembang berkat wawasan kelautannya yang berwatak luas menembus kedangkalan dan kekerdilan; sebagaimana juga kejayaan persatuan dan kesatuan Indonesia dilahirkan oleh gelora kebaharian – sebaliknya kawasan-kawasan pedalaman agraris mengungkung wawasan berpikir, cenderung membentuk watak kerdil dan kemunafikan akibat tiadanya sentuhan gemuruh gelombang lautan.
Maka benar sekali ucapan Pramoedya, Indonesia tak habis-habisnya dirundung masalah integrasi dan tersendat perkembangannya, disebabkan sebagai kekuatan bahari Indonesia sejak merdeka justru selalu diatur oleh kekuasaan angkatan darat dengan watak khasnya yang bukan saja tak kenal, malah meminggirkan wawasan kebaharian.
Sebagai penulis yang pada tempat pertama adalah novelist, Pram sengaja memilih menuangkan hasil penelitiannya dalam bentuk novel daripada suatu karya ilmiah. Di situ pulalah letak kekhasan Pramoedya sebagai novelist : dia seorang master dalam mempresentasikan pesan yang dikandung sejarah bagi semua segment masyarakat, mulai dari pembaca paling awam sampai kepada lingkungan paling terpelajar. Lingkaran pembaca seluas-luasnya itulah yang ingin dia jangkau, bukan hanya sejumput intelektual dari lingkaran masyarakat ilmiah, melainkan semua lapis masyarakat diharapkannya dapat mencerna dan memahaminya.
Sebagaimana juga karya-karya sebelumnya, kekuatan bahasa dan imajinasinya menjadi wahana gaya bercerita Pramoedya yang dengan kemahiran kepujanggaannya mampu menjalin-jalin dan memilin-milin fakta dan fiksi sambil tetap berkukuh pada hakekat kebenaran sejarah.
ARUS BALIK adalah suatu epos pasca kejayaan Majapahit pada saat arus zaman membalik, pada saat segalanya berubah – kekuasaan di laut menjadi kekuatan darat yang mengkerut di pedalaman, kemuliaan menukik ke dalam kemerosotan, kejayaan berubah ke kekalahan, kecemerlangan cendikia menjadi kedunguan dalam penalaran, kesatuan dan persatuan berubah menjadi perpecahan yang memandulkan segala kegiatan.
Wiranggaleng, seorang pemuda desa sederhana, protagonis dalam epos kepahlawan ini berkata : “Sekarang orang tak mampu lagi membuat kapal besar. Kapal besar dibuat hanya oleh kerajaan besar, kapal kecil oleh kerajaan kecil, menyebabkan arus tidak bergerak lagi dari selatan ke utara. ‘Atas Angin’ sekarang unggul, membawa segalanya ke Jawa, termasuk kehancuran, penindasan dan penipuan. Makin lama kapal-kapal kita makin kecil untuk kemudian tidak mempunyai lagi ....
“Semasa jaya Gajah Mada, arus bergerak dari selatan ke utara; segala-galanya : kapal-kapalnya, manusianya, amal perbuatannya dan cita-cita dan citranya – bergerak dari Nusantara di selatan ke ‘Atas Angin’ di utara, sebab Nusantara bukan saja kekuatan darat tetapi juga kerajaan laut terbesar di antara bangsa-bangsa beradab di muka bumi ....”
Pramoedya bukan menangisi kebesaran masa lalu, tidak merindukan kejayaan purbakala, tetapi dia bernostalgi dengan masa depan yang cerah. Baginya sejarah merupakan cermin paling jernih, referensi terpercaya untuk suatu perubahan guna membangun masa depan yang lebih baik. Itulah isi paling substansial Pramoedya bila ia mengorek-orek sejarah; di situlah kecintaannya pada rakyat dan tanah tumpah darahnya. Sedemikian banyak pelajaran dipersembahkan oleh sejarah dan diteruskan oleh Pramoedya kepada masyarakat luas lewat keunggulan pènanya. Dia menulis betapa kekuatan dan kesatuan maritim Nusantara pernah mengimbak-imbak megah berpendaran damai ke utara, tetapi kemudian arus membalik. Arus raksasa menggelombang dari utara menghempas Nusantara mundur ke selatan – yang tertinggal hanya negara-kota kecil-kecil di pesisir utara Jawa, bahkan lebih jauh lagi mundur sampai ke pedalaman, ke desa-desa di kaki-kaki pegunungan. Mundur, mundur terus sampai ke pedalaman bukan hanya geografis, tetapi lebih-lebih lagi mundur ke pedalaman diri sendiri, ke pedalaman nurani dan kenalurian yang mengganti nalar rasional. Merasuk dalam ke pedalaman diri yang paling aman, pedalaman yang tak akan mampu disentuh oleh siapa pun; pedalaman di mana bisa dibangun kekuasaan paling perkasa dan bisa berbuat segala-galanya,... khayal dan kenyataan bersimpangan tanpa batas, akhirnya ... lahirlah mistik Jawa yang menjamur dan membudaya pada prilaku manusianya. Bukankah arus utara
yang paling hebat pun tak mampu menghadapi kekuasaan dahsyat Ratu
Lautan Kidul yang tak tertaklukkan itu? Akhirnya ARUS BALIK bukan
hanya lagi kisah tentang para sultan dan para adipati Nusantara dan
Jawa, dia juga kisah tentang manusia Nusantara, manusia Jawa, kultur
Jawa, kisah tentang “the Javanese mind” dengan berbagai perwatakannya.
Kebesarannya, kearifannya, kemunafikannya, eufemismenya.
ARUS BALIK adalah sebuah karya monumental Pramoedya – malah ada yang menganggapnya lebih besar dibanding karya-karya sebelumnya selama ini, seperti a.l. tetralogi Bumi Manusia yang sudah menyebar dalam berbagai bahasa asing di dunia. Di negeri merdeka dan di antara manusia merdeka, orang merdeka menafsir, bagaimana dan ke mana pun mau ditafsirkan. Yang pasti ARUS BALIK adalah juga literatur maritim Nusantara, tonggak baru dan sumbangan tak ternilai dalam khazanah sastra Indonesia.
DOWNLOAD PDF DISINI MEN
ARUS BALIK adalah sebuah karya monumental Pramoedya – malah ada yang menganggapnya lebih besar dibanding karya-karya sebelumnya selama ini, seperti a.l. tetralogi Bumi Manusia yang sudah menyebar dalam berbagai bahasa asing di dunia. Di negeri merdeka dan di antara manusia merdeka, orang merdeka menafsir, bagaimana dan ke mana pun mau ditafsirkan. Yang pasti ARUS BALIK adalah juga literatur maritim Nusantara, tonggak baru dan sumbangan tak ternilai dalam khazanah sastra Indonesia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
3 komentar:
Thankyou bro :D
Makasih sangat cuy :)
Link nya gak bisa gan, ada link lain gak? thanks gan
Posting Komentar